Kapan Krisis Finansial Berakhir?
Dunia sedang dilanda kepanikan. Sektor keuangan dunia terpuruk. Lembaga finansial mengalami krisis, harga-harga saham anjlok, banyak perusahaan yang pailit. Para pengusaha pun banyak yang merugi. Berita-berita tentang itu semua telah menjadi headline dan berita penting beberapa pekan belakangan ini. Mengapa semua ini bisa terjadi? Diyakini krisis keuangan global ini bermula dari kredit macet perumahan di Amerika Serikat. Para debitur tidak mampu melunasi kredit dari bank/lembaga pembiayaan. Padahal bank/lembaga pembiayaan telah memberikan kredit lunak pada mereka. Lunak dalam arti mereka dapat dengan mudah memperoleh rumah tanpa jaminan yang sepadan dengan pinjaman yang diberikan. Sehingga saat terjadi gagal bayar, bank/lembaga pembiayaan kebingungan. Pemerintah USA telah menyelesaikan masalah ini dengan memberi suntikan dana. Namun, masalah tidak seluruhnya selesai. Perumahan-perumahan di Amerika turun nilainya yang menyebabkan kerugian besar. Yang terjadi sekarang adalah dampak berikutnya dari peristiwa tadi. Beberapa lembaga keuangan bangkrut tatkala mereka harus membayar klaim asuransi kerugian. Lembaga tersebut tidak sanggup ketika banyak nasabahnya mengajukan klaim. Dan keruntuhun lembaga keuangan akan berimbas pada sektor lain seperti efek domino.
Perusahaan-perusahaan tidak lagi memiliki sumber pembiayaan yang banyak. Krisis solvabilitas pun terjadi. Akibatnya harga saham anjlok drastis.
Secara serentak, pemerintah-pemerintah di dunia melakukan berbagai usaha untuk mencegah krisis bertambah parah. Dimulai dari Amerika Serikat yang mencairkan dana bailout (talangan) untuk menyuntik perekonomian. Kemudian diikuti oleh banyak negara, termasuk Indonesia, yang melakukan hal yang sama. Kebijakan suspend (menutup sementara bursa saham) pun telah dilakukan pada beberapa bursa saham. Namun, menurut analis, tindakan itu mungkin hanya memberi angin segar untuk sementara waktu. Pondasi keuangan saat ini memang sudah tidak layak.
PM Inggris mengajak negara-negara di dunia untuk menciptakan sistem keuangan yang baru menggantikan sistem Bretton Woods. Sistem yang lebih baik dan tentu saja aman.
Hmm, aku berpikir kenapa tidak sebaiknya kita memakai sistem keuangan ciptaan Alloh SWT? Ya, sistem keuangan berbasis syariah. Kenapa kita lebih percaya pada sistem buatan manusia yang jelas-jelas memiliki banyak kelemahan? Kesombongan manusia yang merasa pintar lah yang pada akhirnya akan membawa kesengsaraan. Sampai kapan krisis ini akan berlangsung?
Tidak ada yang tahu.
Perusahaan-perusahaan tidak lagi memiliki sumber pembiayaan yang banyak. Krisis solvabilitas pun terjadi. Akibatnya harga saham anjlok drastis.
Secara serentak, pemerintah-pemerintah di dunia melakukan berbagai usaha untuk mencegah krisis bertambah parah. Dimulai dari Amerika Serikat yang mencairkan dana bailout (talangan) untuk menyuntik perekonomian. Kemudian diikuti oleh banyak negara, termasuk Indonesia, yang melakukan hal yang sama. Kebijakan suspend (menutup sementara bursa saham) pun telah dilakukan pada beberapa bursa saham. Namun, menurut analis, tindakan itu mungkin hanya memberi angin segar untuk sementara waktu. Pondasi keuangan saat ini memang sudah tidak layak.
PM Inggris mengajak negara-negara di dunia untuk menciptakan sistem keuangan yang baru menggantikan sistem Bretton Woods. Sistem yang lebih baik dan tentu saja aman.
Hmm, aku berpikir kenapa tidak sebaiknya kita memakai sistem keuangan ciptaan Alloh SWT? Ya, sistem keuangan berbasis syariah. Kenapa kita lebih percaya pada sistem buatan manusia yang jelas-jelas memiliki banyak kelemahan? Kesombongan manusia yang merasa pintar lah yang pada akhirnya akan membawa kesengsaraan. Sampai kapan krisis ini akan berlangsung?
Tidak ada yang tahu.
Komentar
Posting Komentar
Komen ya! makasih kakak