Kita Butuh Nuklir!
Kebutuhan akan energi adalah salah satu alasan mengapa kita butuh teknologi nuklir. Bukan bermaksud untuk menantang Amerika Serikat, ataupun menyaingi Iran, namun murni karena krisis energi yang terjadi di negara kita. Nuklir, mendengar nama ini saja kita mungkin terbayang hal-hal yang buruk, seperti bom, atau radiasi nuklir yang berbahaya bagi kesehatan. Efek negatif nuklir juga dapat menimbulkan mutasi dan cacat yang dapat menurun. Tapi, seperti yang sudah saya sebutkan di awal, kita perlu energi nuklir untuk mengatasi kekurangan energi terutama untuk kebutuhan listrik. Semua orang tahu kalau PLN kita yang tercinta ini tak mampu menyediakan pasokan listrik yang memadai. Ada bermacam-macam alasan yang mereka ungkapkan, tapi intinya cuma satu, TIDAK MAMPU.
Beberapa hari belakangan, listrik di kota saya sering padam. Kerugian saya sih ga seberapa tapi merepotkan kalau ini terjadi terus menerus. Padahal saya tinggal di kota yang dekat dengan ibukota negara, yakni Tangerang.
Dahulu, ketika saya masih tinggal di Lampung, listrik biasa padam seminggu sekali. Biasanya saat hari Sabtu siang hingga malam dimana acara TV sedang bagus, suatu kerugian tentunya bagi saya yang butuh hiburan. Saya berpikir betapa malangnya tinggal di Lampung kalau listrik byar pet terus. Namun, saya pernah mendapat keuntungan dari padamnya listrik. Nilai ulangan saya paling bagus sendiri di kelas karena yang laen pada ga bisa belajar akibat listrik padam, sementara saya, karena sudah paham kebiasaan PLN, belajar di siang hari, hi hi. Saat saya dan keluarga pindah dari Lampung, dengar-dengar intensitas listrik padam menjadi lebih dari 1 X seminggu.
Saat berkunjung ke tempat kerja ortu di Balikpapan, Kaltim, keadaan nyaris sama. Bahkan, lebih parah karena dalam seminggu bisa 2-3 X listrik padam, busyet deh! Makanya, genset laris manis di kota itu.
Saya simpulkan tidak ada korelasi antara pendapatan daerah dan pemenuhan kebutuhan listrik. Sebagai dasar asumsi, kita ambil contoh Balikpapan, salah satu kota terkaya di Indonesia, tetap saja tidak bisa menyediakan kebutuhan dasar ini. PLN kota itu beralasan banyaknya industri disitu menyebabkan tersedotnya listrik dalam jumlah besar. Kalau alasan ini yang dipakai, mungkin rumah-rumah di Amerika Serikat akan gelap gulita.
Pandangan saya, selama ini kinerja PLN sangat tidak sesuai dengan besarnya gaji direktur dan pegawainya. Kurang efisienkah kinerjanya hingga mereka selalu mengklaim rugi? Mengapa untuk menyediakan listrik saja susah?
Oleh karena itulah, sudah saatnya kita mencari sumber energi alternatif untuk pemenuhan energi listrik. Kita tak boleh lagi mau ditakut-takuti Amerika mengenai dampak yang terjadi bila proyek gagal. Tragedi Chernobyl jangan sampai membuat kita takut untuk menguasai teknologi nuklir. Pemerintah sudah berencana membuat pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepara untuk percobaan, tapi masyarakat langsung memprotes. Jangan biarkan hanya Amerika Serikat dan sekutunya saja yang boleh menguasai teknologi hebat ini. Tirulah Iran yang tetap bersikukuh melanjutkan program nuklirnya untuk pemenuhan kebutuhan energi. Bangsa yang akan disegani dunia adalah bangsa yang menguasai teknologi nuklir!
Beberapa hari belakangan, listrik di kota saya sering padam. Kerugian saya sih ga seberapa tapi merepotkan kalau ini terjadi terus menerus. Padahal saya tinggal di kota yang dekat dengan ibukota negara, yakni Tangerang.
Dahulu, ketika saya masih tinggal di Lampung, listrik biasa padam seminggu sekali. Biasanya saat hari Sabtu siang hingga malam dimana acara TV sedang bagus, suatu kerugian tentunya bagi saya yang butuh hiburan. Saya berpikir betapa malangnya tinggal di Lampung kalau listrik byar pet terus. Namun, saya pernah mendapat keuntungan dari padamnya listrik. Nilai ulangan saya paling bagus sendiri di kelas karena yang laen pada ga bisa belajar akibat listrik padam, sementara saya, karena sudah paham kebiasaan PLN, belajar di siang hari, hi hi. Saat saya dan keluarga pindah dari Lampung, dengar-dengar intensitas listrik padam menjadi lebih dari 1 X seminggu.
Saat berkunjung ke tempat kerja ortu di Balikpapan, Kaltim, keadaan nyaris sama. Bahkan, lebih parah karena dalam seminggu bisa 2-3 X listrik padam, busyet deh! Makanya, genset laris manis di kota itu.
Saya simpulkan tidak ada korelasi antara pendapatan daerah dan pemenuhan kebutuhan listrik. Sebagai dasar asumsi, kita ambil contoh Balikpapan, salah satu kota terkaya di Indonesia, tetap saja tidak bisa menyediakan kebutuhan dasar ini. PLN kota itu beralasan banyaknya industri disitu menyebabkan tersedotnya listrik dalam jumlah besar. Kalau alasan ini yang dipakai, mungkin rumah-rumah di Amerika Serikat akan gelap gulita.
Pandangan saya, selama ini kinerja PLN sangat tidak sesuai dengan besarnya gaji direktur dan pegawainya. Kurang efisienkah kinerjanya hingga mereka selalu mengklaim rugi? Mengapa untuk menyediakan listrik saja susah?
Oleh karena itulah, sudah saatnya kita mencari sumber energi alternatif untuk pemenuhan energi listrik. Kita tak boleh lagi mau ditakut-takuti Amerika mengenai dampak yang terjadi bila proyek gagal. Tragedi Chernobyl jangan sampai membuat kita takut untuk menguasai teknologi nuklir. Pemerintah sudah berencana membuat pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepara untuk percobaan, tapi masyarakat langsung memprotes. Jangan biarkan hanya Amerika Serikat dan sekutunya saja yang boleh menguasai teknologi hebat ini. Tirulah Iran yang tetap bersikukuh melanjutkan program nuklirnya untuk pemenuhan kebutuhan energi. Bangsa yang akan disegani dunia adalah bangsa yang menguasai teknologi nuklir!
Komentar
Posting Komentar
Komen ya! makasih kakak