Islam dan Terorisme
Belakangan ini, kira-kira dari sebulan yang lalu, berita-berita di TV dan berbagai media informasi banyak didominasi oleh perburuan teroris. Sebagian mengatakan itu “teroris” sebagian yang lain mengatakan “mujahid/pejuang Islam”, manakah yang benar? Saya sendiri tidak tahu mana yang benar mana yang salah karena saya termasuk orang awam. Namun sebagai bagian dari umat Islam (sesuai di KTP) maka saya penasaran akan hal tersebut. Oleh karena itu saya coba pahami pakai akal, apa yang membuat tindakan mereka benar atau salah. Dengan akal saya mendapatkan pandangan universal bahwa membunuh itu haram/dosa. Tapi dengan akal pasti tidak akan cukup untuk memahami tindakan para “teroris” tersebut, karena tindakan tersebut, menurut mereka, dilakukan dengan landasan iman bukan akal. Dalil yang mereka gunakan ialah Al-Quran yang ditafsirkan oleh kelompok mereka sendiri. Kalau saya mencoba memahami tindakan mereka dengan Al-Quran dan menafsirkannya tentu saya tidak bisa karena ilmu saya yang dangkal. Tetapi jika dilihat dari tafsiran orang yang sudah ahli (dari terjemahan Al-Quran yang umum) maka saya bisa melihat apakah Al-Quran condong ke arah membenarkan ataukah justru sebaliknya.
Al-Quran surat An-Nisa (92): “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya, kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedakah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (yang terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (yg terbunuh) serta memerdekakan hamba sahay yg mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Alloh. Dan adalah Alloh maha mengetahui lagi maha bijaksana.”
Berdasarkan penafsiran saya dari ayat tersebut (secara kasat mata), membunuh orang lain dengan tidak sengaja saja sudah merupakan suatu dosa yang mengharuskan kita bertobat kepada Alloh, bagaimana jika kita melakukannya dengan sengaja? Membunuh satu orang kafir (non Islam)-yang tidak menyerang kita/mengadakan perjanjian damai/gencatan senjata-mka hukumannya ialah byr denda pd keluarga dan memerdekakan budak.Bila tidak mampu maka diwajibkan berpuasa dua bulan berturut2.Itu hanya untuk 1 orang kafir/non Islam yang terbunuh (secara tidak sengaja), lalu bagaimana jika yang terbunuh adalah 10 atau 100, secara sengaja? Jika yang terbunuh 10 orang kafir dengan tidak sengaja (misal salah tembak), maka puasa yang harus dilakukan ialah 10 X 2 bulan = 20 bulan. Jika 100 yang terbunuh? Maka 100 X 2 bulan = 200 bulan ! bayangkan, tidak sengaja membunuh saja harus berpuasa selama itu!
Dalam novel best seller, Ayat-ayat Cinta karya Habiburahman El-Shirazy terdapat pandangan beliau mengenai aksi “terorisme”. Berikut saya kutip dari novelnya:
“Tapi Amerika sudah keterlaluan! Apa salah jika kami sedikit saja mengungkapkan kejengkelan kami dengan memberi pelajaran sedikit saja pada orang-orang Amerika itu?!” Lelaki setengah baya masih berusaha membenarkan tindakannya. Aku tidak merasa aneh. Begitulah orang Mesir, selalu merasa benar. Dan nanti akan luluh jika berhadapan dengan kebenaran yang seterang matahari.
“Kita semua tidak menyukai tindak kezhaliman yang dilakukan siapa saja. Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seperti itu tidak benar dan jauh dari tuntunan ajaran baginda Nabi yang indah.”
“Lalu kami harus berbuat apa dan bagaimana? Ini mumpung ada orang Amerika. Mumpung ada kesempatan. Dengan sedikit pelajaran mereka akan tahu bahwa kami tidak menyukai kezhaliman mereka. Biar nanti kalau pulang ke negaranya mereka bercerita pada tetangganya bagaimana tidak sukanya kami pada mereka!”
“Justru tindakan kalian yang tidak dewasa seperti anak-anak ini akan menguatkan opini media massa Amerika yang selama ini beranggapan orang Islam kasar dan tidak punya perikemanusiaan. Padahal baginda Rasul mengajarkan kita menghormati tamu. Apakah kalian lupa, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya. Mereka bertiga adalah tamu di bumi Kinanah ini. Harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jika kalian merasa beriman kepada Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah! Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan. Tapi jangan sekali-kali kalian menamakan diri kalian bagian dari umat Islam. Sebab tindakan kalian yang tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam.”
Lelaki setengah baya itu diam. Pemuda berbaju kotak-kotak menunduk. Ashraf membisu. Para penumpang yang lain, termasuk perempuan bercadar juga diam. Metro terus berjalan dengan suara bergemuruh, sesekali mencericit.
“Coba kalian jawab pertanyaanku ini. Kenapa kalian berani menyakiti Rasulullah?!” tanyaku sambil memandang ketiga orang Mesir bergantian. Mereka agak terkejut mendengar pertanyaanku itu.
“Akhi, mana mungkin kami berani menyakiti Rasulullah yang kami cintai,” jawab Ashraf.
“Kenapa kalian kelak di hari akhir berani berseteru di hadapan Allah melawan Rasulullah?” tanyaku lagi.
“Akhi, kau melontarkan pertanyaan gila. Kita semua di hari akhir kelak mengharap syafaat Rasulullah, bagaimana mungkin kami berani berseteru dengan beliau di hadapan Allah!” jawab Ashraf.
“Tapi kalian telah melakukan tindakan sangat lancang. Kalian telah menyakiti Rasulullah. Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru di hadapan Allah kelak di hari akhir!” ucapku tegas sedikit keras.
Lelaki setengah baya, Ashraf, pemuda berbaju kotak-kotak dan beberapa penumpang metro yang mendengar ucapanku semuanya tersentak kaget.
“Apa maksudmu, Andonesy? Kau jangan bicara sembarangan!” jawab lelaki setengah baya sedikit emosi.
“Paman, aku tidak berkata sembarangan. Aku akan sangat malu pada diriku sendiri jika berkata dan bertindak sembarangan. Baiklah, biar aku jelaskan. Dan setelah aku jelaskan kalian boleh menilai apakah aku berkata sembarangan atau bukan. Harus kalian mengerti, bahwa ketiga orang bule ini selain tamu kalian mereka sama dengan ahlu dzimmah. Tentu kalian tahu apa itu ahlu dzimmah. Disebut ahlu dzimmah karena mereka berada dalam jaminan Allah, dalam jaminan Rasul-Nya, dan dalam jaminan jamaah kaum muslimin. Ahlu dzimmah adalah semua orang non muslim yang berada di dalam negara tempat kaum muslimin secara baik-baik, tidak ilegal, dengan membayar jizyah dan mentaati peraturan yang ada dalam negara itu. Hak mereka sama dengan hak kaum muslimin. Darah dan kehormatan mereka sama dengan darah dan kehormatan kaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi. Tidak boleh disakiti sedikit pun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika ini masuk ke Mesir secara resmi. Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya coba saja lihat paspornya. Maka mereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah. Darah dan kehormatan mereka harus kita lindungi. Itu yang diajarkan Rasulullah Saw. Tidakkah kalian dengar sabda beliau, ‘Barangsiapa menyakiti orang zhimmi (ahlu zhimmah) maka aku akan menjadi seterunya. Dan siapa yang aku menjadi seterunya dia pasti kalah di hari kiamat.’ Beliau juga memperingatkan, ‘Barangsiapa yang menyakiti orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah.’ Begitulah Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan non muslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negara kaum muslimin. Imam Ali bahkan berkata, ‘Begitu membayar jizyah, harta mereka menjadi sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka sama nilainya dengan darah kita.’ Dan para turis itu telah membayar visa dan ongkos administrasi lainnya, sama dengan membayar jizyah. Mereka menjadi tamu resmi, tidak ilegal, maka harta, kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersama-sama. Jika tidak, jika kita sampai menyakiti mereka, maka berarti kita telah menyakiti baginda Nabi, kita juga telah menyakiti Allah. Kalau kita telah lancang berani menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka siapakah diri kita ini? Masih pantaskan kita mengaku mengikuti ajaran baginda Nabi?”…
Demikian yang bisa saya tuliskan sedikit mengenai kaitan antara terorisme dan Islam, dng pengetahuan saya yang dangkal ini dimohon maafnya bila ada kesalahan dalam penulisan.(Sumber kutipan: Ayat-ayat Cinta)
copyright@ve08.blogspot.com "Islam dan Terorisme"
Al-Quran surat An-Nisa (92): “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya, kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedakah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (yang terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (yg terbunuh) serta memerdekakan hamba sahay yg mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Alloh. Dan adalah Alloh maha mengetahui lagi maha bijaksana.”
Berdasarkan penafsiran saya dari ayat tersebut (secara kasat mata), membunuh orang lain dengan tidak sengaja saja sudah merupakan suatu dosa yang mengharuskan kita bertobat kepada Alloh, bagaimana jika kita melakukannya dengan sengaja? Membunuh satu orang kafir (non Islam)-yang tidak menyerang kita/mengadakan perjanjian damai/gencatan senjata-mka hukumannya ialah byr denda pd keluarga dan memerdekakan budak.Bila tidak mampu maka diwajibkan berpuasa dua bulan berturut2.Itu hanya untuk 1 orang kafir/non Islam yang terbunuh (secara tidak sengaja), lalu bagaimana jika yang terbunuh adalah 10 atau 100, secara sengaja? Jika yang terbunuh 10 orang kafir dengan tidak sengaja (misal salah tembak), maka puasa yang harus dilakukan ialah 10 X 2 bulan = 20 bulan. Jika 100 yang terbunuh? Maka 100 X 2 bulan = 200 bulan ! bayangkan, tidak sengaja membunuh saja harus berpuasa selama itu!
Dalam novel best seller, Ayat-ayat Cinta karya Habiburahman El-Shirazy terdapat pandangan beliau mengenai aksi “terorisme”. Berikut saya kutip dari novelnya:
“Tapi Amerika sudah keterlaluan! Apa salah jika kami sedikit saja mengungkapkan kejengkelan kami dengan memberi pelajaran sedikit saja pada orang-orang Amerika itu?!” Lelaki setengah baya masih berusaha membenarkan tindakannya. Aku tidak merasa aneh. Begitulah orang Mesir, selalu merasa benar. Dan nanti akan luluh jika berhadapan dengan kebenaran yang seterang matahari.
“Kita semua tidak menyukai tindak kezhaliman yang dilakukan siapa saja. Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seperti itu tidak benar dan jauh dari tuntunan ajaran baginda Nabi yang indah.”
“Lalu kami harus berbuat apa dan bagaimana? Ini mumpung ada orang Amerika. Mumpung ada kesempatan. Dengan sedikit pelajaran mereka akan tahu bahwa kami tidak menyukai kezhaliman mereka. Biar nanti kalau pulang ke negaranya mereka bercerita pada tetangganya bagaimana tidak sukanya kami pada mereka!”
“Justru tindakan kalian yang tidak dewasa seperti anak-anak ini akan menguatkan opini media massa Amerika yang selama ini beranggapan orang Islam kasar dan tidak punya perikemanusiaan. Padahal baginda Rasul mengajarkan kita menghormati tamu. Apakah kalian lupa, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya. Mereka bertiga adalah tamu di bumi Kinanah ini. Harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jika kalian merasa beriman kepada Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah! Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan. Tapi jangan sekali-kali kalian menamakan diri kalian bagian dari umat Islam. Sebab tindakan kalian yang tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam.”
Lelaki setengah baya itu diam. Pemuda berbaju kotak-kotak menunduk. Ashraf membisu. Para penumpang yang lain, termasuk perempuan bercadar juga diam. Metro terus berjalan dengan suara bergemuruh, sesekali mencericit.
“Coba kalian jawab pertanyaanku ini. Kenapa kalian berani menyakiti Rasulullah?!” tanyaku sambil memandang ketiga orang Mesir bergantian. Mereka agak terkejut mendengar pertanyaanku itu.
“Akhi, mana mungkin kami berani menyakiti Rasulullah yang kami cintai,” jawab Ashraf.
“Kenapa kalian kelak di hari akhir berani berseteru di hadapan Allah melawan Rasulullah?” tanyaku lagi.
“Akhi, kau melontarkan pertanyaan gila. Kita semua di hari akhir kelak mengharap syafaat Rasulullah, bagaimana mungkin kami berani berseteru dengan beliau di hadapan Allah!” jawab Ashraf.
“Tapi kalian telah melakukan tindakan sangat lancang. Kalian telah menyakiti Rasulullah. Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru di hadapan Allah kelak di hari akhir!” ucapku tegas sedikit keras.
Lelaki setengah baya, Ashraf, pemuda berbaju kotak-kotak dan beberapa penumpang metro yang mendengar ucapanku semuanya tersentak kaget.
“Apa maksudmu, Andonesy? Kau jangan bicara sembarangan!” jawab lelaki setengah baya sedikit emosi.
“Paman, aku tidak berkata sembarangan. Aku akan sangat malu pada diriku sendiri jika berkata dan bertindak sembarangan. Baiklah, biar aku jelaskan. Dan setelah aku jelaskan kalian boleh menilai apakah aku berkata sembarangan atau bukan. Harus kalian mengerti, bahwa ketiga orang bule ini selain tamu kalian mereka sama dengan ahlu dzimmah. Tentu kalian tahu apa itu ahlu dzimmah. Disebut ahlu dzimmah karena mereka berada dalam jaminan Allah, dalam jaminan Rasul-Nya, dan dalam jaminan jamaah kaum muslimin. Ahlu dzimmah adalah semua orang non muslim yang berada di dalam negara tempat kaum muslimin secara baik-baik, tidak ilegal, dengan membayar jizyah dan mentaati peraturan yang ada dalam negara itu. Hak mereka sama dengan hak kaum muslimin. Darah dan kehormatan mereka sama dengan darah dan kehormatan kaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi. Tidak boleh disakiti sedikit pun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika ini masuk ke Mesir secara resmi. Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya coba saja lihat paspornya. Maka mereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah. Darah dan kehormatan mereka harus kita lindungi. Itu yang diajarkan Rasulullah Saw. Tidakkah kalian dengar sabda beliau, ‘Barangsiapa menyakiti orang zhimmi (ahlu zhimmah) maka aku akan menjadi seterunya. Dan siapa yang aku menjadi seterunya dia pasti kalah di hari kiamat.’ Beliau juga memperingatkan, ‘Barangsiapa yang menyakiti orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah.’ Begitulah Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan non muslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negara kaum muslimin. Imam Ali bahkan berkata, ‘Begitu membayar jizyah, harta mereka menjadi sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka sama nilainya dengan darah kita.’ Dan para turis itu telah membayar visa dan ongkos administrasi lainnya, sama dengan membayar jizyah. Mereka menjadi tamu resmi, tidak ilegal, maka harta, kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersama-sama. Jika tidak, jika kita sampai menyakiti mereka, maka berarti kita telah menyakiti baginda Nabi, kita juga telah menyakiti Allah. Kalau kita telah lancang berani menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka siapakah diri kita ini? Masih pantaskan kita mengaku mengikuti ajaran baginda Nabi?”…
Demikian yang bisa saya tuliskan sedikit mengenai kaitan antara terorisme dan Islam, dng pengetahuan saya yang dangkal ini dimohon maafnya bila ada kesalahan dalam penulisan.(Sumber kutipan: Ayat-ayat Cinta)
copyright@ve08.blogspot.com "Islam dan Terorisme"
kunjungi blog ku ya. . .
BalasHapuskalo bisa jadi followers ku. . kalo udah ntar ku follow balik dch. . .
Ok, bos. Salam kenal y!
BalasHapus