Seberapa Patuh Masyarakat Indonesia terhadap Kebijakan Social Distancing?

Ketika saya menulis artikel kompasiana tentang tren penurunan kecepatan penyebaran covid-19 di Indonesia beberapa hari lalu (link artikel), banyak teman yang skeptis dan cenderung pesimis. 

Komentar mereka, bagaimana mungkin bisa melambat, kesadaran masyarakat kita terutama yang di Jabodetabek masih rendah dan cenderung meremehkan wabah covid-19 ini. 

Disuruh di rumah saja malah keluyuran keluar dan ngajak "kongkow". Kalau ga mau keluar rumah malah dibilang paranoid. Benarkah perilaku masyarakat kita demikian atau itu hanya potret sebagian kecil saja? 

Untung mengetahui perilaku warga +62 terhadap kebijakan social atau pyhsical distancing yang ditetapkan Pemerintah, kita bisa mengunduh laporan mobilitas warga yang dibuat oleh Google (cek situs). 

Laporan ini bersumber dari tracking data GPS yang biasa dilakukan Google (seperti untuk mengetahui apakah sebuah jalan sedang macet atau lenggang) yang meliputi beberapa spot ruang publik yang biasanya dikunjungi oleh masyarakat. 

Ruang publik tersebut oleh Google dibagi menjadi kategori: pusat ritel dan rekreasi, groseri dan apotik, taman, transit stations, perkantoran dan residensial.

Saya mencoba mengunduh laporan dari beberapa negara untuk melihat seberapa patuh dan aware sih penduduk sebuah negara dalam mengikuti kebijakan social/physical distancing dibanding negara lain dalam menghadapi covid-19. 

Laporan per negara tersebut saya kompilasi untuk  memudahkan dalam membandingkan data beberapa negara, semisal Malaysia yang menerapkan full lockdown, Vietnam dan Singapura yang partial lockdown. Data laporan yang diunduh hari ini (tanggal 9 April) berisi data analisis yang dikumpulkan Google s.d. 29 Maret 2019. Berikut hasilnya:

Ritel dan  Tempat Rekreasi



Indonesia mengalami penurunan kunjungan sebesar 47% ke tempat-tempat seperti restoran, kafe, pusat perbelanjaan/mall, tempat rekreasi, museum, perpustakaan, dan bioskop. 

Persentase penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan penurunan kunjungan belanja dan rekreasi warga Singapura yang hanya turun 28%. Kondisi Indonesia hanya berbeda tipis dengan Vietnam, dan apabila dibandingkan dengan situasi yang terjadi di Malaysia memang persentase penurunannya kalah jauh. 

Groseri dan Apotik


Groseri dan apotik sebenarnya adalah tempat yang dikecualikan dari penutupan karena dikategorikan penting. Beruntung di Indonesia tidak terjadi kelangkaan bahan kebutuhan sehari-hari dan obat-obatan ditengah pandemik ini. Justru hal mengejutkan terjadi di Malaysia karena jumlah kunjungan ke groseri dan apotik turun drastis hinggal hampir 60% sebagai dampak dari adanya full lockdown. Apakah terjadi pembelian besar-besaran di sana sehingga pusat groseri tidak terlalu ramai dikunjungi saya tidak memiliki data untuk mengetahui hal tersebut (barangkali ada kompasianer di Malaysia yang bisa menceritakan kondisi di sana?)

Taman



Kunjungan ke taman untuk hiburan menurun cukup drastis di Indonesia, sebuah hal yang sebetulnya sangat bagus saat ini. Tampaknya masyarakat sudah sadar akan bahaya keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak dan mengurangi aktivitas yang bersifat hiburan.

Transit Stations


Mobilitas masyarakat di titik-titik transportasi massal seperti terminal bus dan kereta pun mengalami penurunan yang cukup besar di akhir Maret 2020. Lagi-lagi melebihi apa yang terjadi di Singapura dan Vietnam.

Perkantoran


Untuk data perkantoran, kita masih melihat angka penurunan yang tidak besar-besar amat, hanya sekitar 15%. Ini menandakan bahwa masih banyak kegiatan perkantoran yang masih beroperasi hingga data Google ini dikumpulkan, meskipun notabene beberapa kantor seperti kantor pemerintahan telah mulai diliburkan sejak sekitar pertengahan Maret lalu. Kondisi yang sama sebenarnya juga terjadi di Vietnam dan Singapura.

Limitasi dari data analisis Google ini adalah tidak adanya informasi yang jelas mengenai wilayah/kota yang menjadi sumber data. Namun demikian, kita bisa berasumsi bahwa data ini diambil dari beberapa kota besar di Indonesia dengan pengguna aplikasi Google yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan data yang secara statistik signifikan. 

Google juga menyatakan bahwa mereka menghitung berdasarkan data dari pengguna akun Google yang memilih opsi mengirimkan data ke Google untuk histori lokasi, sehingga data merepresentasikan sampel dari penduduk wilayah tersebut. Sebagaimana sampel pada umumnya, mungkin saja tidak merepresentasikan perilaku yang tepat dari populasi secara keseluruhan.

Meskipun demikian, sedikit banyak kita bisa melihat bahwa reaksi masyarakat Indonesia (yang diwakili sampel) atas kejadian pandemik covid-19 ini cukup baik dengan sebisa mungkin menghindari tempat keramaian. 

Saya pribadi melihat respon ini mungkin saja berkaitan dengan tingginya angka kematian di Indonesia akibat covid-19 yang membuat masyarakat kita cukup ngeri sehingga dengan sadar diri mencoba sebisa mungkin agar terhindar dari penularan. Apabila ini terus berlanjut diharapkan penularan/penyebaran covid-19 akan semakin melambat hingga punah dari bumi pertiwi ini, amin.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download Option File PES 2011-PSP (Recommended)!

Cara Klaim Asuransi Mobil

PSP Go 6.35 Hacked!