Deja Vu
Pasti sebagian dari kita sudah pernah mendengar kata Deja Vu. Bahkan, mungkin sebagian besar sudah pernah mengalaminya secara langsung. Menurut Wikipedia Indonesia, Deja Vu berasal dari frasa Perancis yang memiliki arti “pernah lihat”. Maksudnya mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya, yang disebut juga dengan istilah Paramnesia dari bahasa Yunani, para yang artinya “sejajar” dan mnimi “ingatan”. Menurut para ahli, setidaknya 70% populasi dunia pernah mengalami fenomena ini.
Saya sendiri pernah mengalami apa yang disebut Deja Vu tersebut. Setidaknya 3 kali deja vu yang paling saya ingat dalam hidup saya. Ada yang bilang deja vu terjadi terkait dengan reinkarnasi yaitu ketika alam bawah sadar kita teringat peristiwa dimasa lalu. Namun saya tidak setuju dengan penjelasan itu, karena kita tidak pernah bisa hidup 2 kali sebagai mahluk yang lain. Terlebih lagi, apa yang saya alami ketika deja vu terjadi sama persis kondisinya dengan alam nyata, baik tempat maupun orang-orangnya.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, setidaknya saya masih mengingat 3 peristiwa de javu hingga sekarang, yang terjadi paling awal ketika saya masih SD, kemudian 2 kejadian lagi ketika saya SMP dan SMA. De javu yang saya alami, 2 diantaranya terjadi setelah saya bermimpi, dimana mimpi itu terwujud secara nyata keesokan harinya (biasa disebut dengan istilah precognition dream). Satu lagi terjadi hanya karena feeling, maksudnya di sini perasaan saya bahwa sesuatu akan terjadi terlintas sesaat sebelum hal itu benar-benar terjadi. Mirip dengan ‘kemampuan’ yang dimiilki pemeran utama dalam film Final Destination, bedanya deja vu yang terjadi pada saya tidak menyangkut kematian.
Baiklah, saya akan menceritakan 3 peristiwa deja vu yang saya alami, yang saya anggap itu sebagai suatu keajaiban bagi mahluk awam seperti saya ini. Hingga saat ini, saya masih terkagum-kagum dengan deja vu saya yang pertama. Ketika itu, malam hari, saya sudah bersiap-siap tidur di kamar yang saya tempati berdua dengan adik. Saya masih berumur sekitar7 tahun, bersekolah di sebuah SD di kota yang sekarang masuk wilayah Sulawesi Barat. Saya tidur dan bermimpi tentang sekolah, namun bukan mengenai hal akademis ajar-mengajar, melainkan saya memimpikan seorang teman perempuan yang saya suka. Mimpi itu tidak saya buat-buat, terjadi dengan sendirinya jauh dibawah alam sadar. Saya bermimpi, saya berjalan setelah jajan istirahat, menuju kembali ke kelas saya. Dan ketika saya persis berjalan di pintu, saya menabrak dengan keras teman perempuan yang saya sukai itu. Dia terjungkal ke bawah, jatuh, dan semua anak menyoraki kejadian tersebut. Hal yang lucu bagi saya sekarang ini kalau mengingat seorang anak kecil memimpikan perempuan yang ditaksirnya, namun bukan itu yang saya ingin bicarakan di sini. Bahwa apa yang terjadi sesudah mimpi tersebut benar-benar mencengangkan saya. Besok paginya saya masuk sekolah, kelas berjalan lancar seperti biasa hingga jam istirahat berbunyi, kami pun jajan. Setelah selesai istirahat saya kembali ke kelas dengan mengingat-ingat mimpi semalam. Saya berjalan dan berharap semoga dia keluar dari pintu pada saat yang bersamaan dengan saya masuk di pintu kelas. Saya pun mempercepat langkah saya, berharap mimpi saya terwujud, sehingga dengan langkah saya yang cepat itu akan menciptakan benturan yang lumayan untuk menjungkalkan dia, aneh memang pikiran saya waktu itu. Dan ketika saya melewati pintu dengan cepat, seorang gadis kecil terkejut dan benar-benar tanpa bisa dihindari tertabrak oleh saya hingga terjungkal ke bawah. Gadis itu masih terduduk nampak kaget dengan apa yang barusan dialaminya. Anak-anak yang lain tertawa-tawa keras, berseru menyoraki kami, tapi bagi saya mereka menyoraki deja vu.
Deja vu kedua melalui perantaraan mimpi terjadi ketika saya masih SMA di Pekalongan Jawa Tengah. Seperti deja vu sebelumnya, saya bermimpi dan esoknya hal itu terjadi. Mimpi itu tentang kelas saya di SMA tersebut. Apa yang saya alami di dalam kelas, sepertinya pernah terjadi sebelumnya dengan situasi yang sama. Andai saja saya bisa mengalami deja vu mengenai ujian sekolah, mungkin nilai saya akan lebih baik lagi ketika itu.
Deja vu feeling, saya menyebutnya begitu untuk menamai peristiwa deja vu yang terjadi setelah mendapat “gambaran” yang muncul di kepala. Saya masih bersekolah di satu SMP di wilayah Lampung ketika pengalaman Deja vu feeling saya peroleh. Saya sedang berada di kelas ditengah teman-teman saat itu. Kelas sedang kosong, tidak ada pelajaran karena habis ujian. Saya berbincang dengan seorang teman saya, dan tiba-tiba perasaan itu muncul begitu saja. Saya bilang pada teman saya, Rudi, bahwa saya sepertinya pernah mengalami hari ini. Dia tidak percaya dengan omongan saya. Lalu saya coba mengingat runtutan kejadian dalam ingatan tentang deja vu.
“Rud, saya tahu hal ini akan terjadi, lihat lah, sebentar lagi Gery akan muncul membawa ember” saya memberitahu Rudi mengenai gambaran deja vu. Dan benar saja, tak lama kemudian teman saya yang bernama Gery datang ke dalam kelas dan masuk membawa ember. Rudi terpengarah.
Dari ketiga peristiwa Deja vu yang saya ingat di atas, ada satu kesamaan di antara ketiganya. Semua deja vu itu terjadi di ruang kelas sekolah, dimana saya menjalani kehidupan saya yang lain dan menghabiskan setengah waktu saya. Separo waktu saya ada di rumah, setengahnya lagi di sekolah. Dan deja vu yang saya ingat kesemuanya terjadi di sekolah. Mungkin bisa dijelaskan alasannya yakni karena peristiwa-peristiwa yang paling diingat manusia biasanya adalah peristiwa yang menyangkut interaksi dengan manusia lain, dan interaksi antar manusia itu kebanyakan, pada saya, terjadi di sekolah. Tapi bagaimana bisa kejadian interaksi itu seakan-akan pernah dialami sebelumnya? Atau dengan pertanyaan lain yang hampir sama, mengapa kejadian-kejadian tersebut seperti tayangan replay kaset video? Saya mencurigai bahwa hal ini ada hubungannya dengan masa sebelum manusia memasuki alam dunia. Ketika manusia masih berada di alam ruh, manusia diberikan oleh Sang Sutradara sebuah “script naskah” yang harus diperankan oleh manusia ketika berada di dunia. Naskah tersebut adalah Lauhul Mahfudz, yang berisi segala takdir yang Alloh tetapkan terjadi pada diri manusia.
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah lalu dari mani, lalu Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-wanita). Dan tidak ada perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak di panjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umur nya melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (AL-FAFHIR : 11)"
Tapi pertanyaannya selanjutnya, bukankah lauhul mahfudz itu adalah sebuah kitab, dan bukan berupa tayangan visual yang bisa masuk dalam memori visual otak kita?
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah lalu dari mani, lalu Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-wanita). Dan tidak ada perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak di panjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umur nya melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (AL-FAFHIR : 11)"
Tapi pertanyaannya selanjutnya, bukankah lauhul mahfudz itu adalah sebuah kitab, dan bukan berupa tayangan visual yang bisa masuk dalam memori visual otak kita?
Dalam sebuah blog yang saya baca untuk mencari informasi lebih lanjut tentang fenomena Deja Vu, saya menemukan bahwa para peneliti telah menemukan banyak teori untuk menjelaskan mengapa deja vu dapat terjadi. Pada intinya, mereka menitikberatkan pada Recognition Memory, yaitu suatu jenis memori yang menyebabkan kita menyadari bahwa apa yang kita alami sekarang sebenarnya sudah pernah kita alami sebelumnya. Otak kita bekerja di antara dua jenis Recognition Memory, yaitu Recollection dan Familiarity. “Kita menyebut sebuah ingatan sebagai Recollection (pengumpulan kembali) jika kita bisa menyebutkan dengan tepat seketika itu juga kapan situasi yang kita alami pernah muncul sebelumnya. Contoh jika kita bertemu dengan seseorang di toko, maka dengan segera kita menyadari bahwa kita sudah pernah melihatnya sebelumnya di bus” (xfile-enigma.blogspot.com). Namun, para pakar setuju bahwa deja vu tidak dapat meramalkan masa depan, karena masa depan itu belum pernah terjadi dalam hidup kita, sehingga pengalamannya belum pernah direkam oleh otak, baik secara sadar maupun bawah sadar. Nah, hal itu yang membuat saya bertanya, mengapa sewaktu kecil saya bisa dengan yakin berjalan dengan kencang sehingga menabrak gadis yang saya sukai seperti apa yang pernah saya lihat dalam alam mimpi? Mengapa juga saya bisa dengan tepat memperkirakan bahwa teman saya Gery masuk ke kelas dengan membawa ember seperti ingatan saya?
Saya mencoba mengaitkan analisis para pakar yang telah meneliti fenomena deja vu dengan kecurigaan saya sebelumnya, bahwa deja vu ada kaitannya dengan otak, alam bawah sadar, dan alam ruh. Mungkinkah bila pada suatu masa di alam ruh kita pernah melihat tayangan kehidupan kita di alam dunia? Yang mana memori tentang itu tersimpan dalam alam bawah sadar, dan tidak setiap saat kita bisa mengaktifkan memori tersebut. Bila lauhul mahfudz berisi catatan takdir kita, mungkin saja manusia juga diberikan tayangan pre-kehidupan dunia sebelum masuk ke dalam rahim ibunya.
Seorang peneliti bernama Dr. Alan Brown bersama rekannya Elizabeth Marsh pernah mengadakan percobaan dengan menunjukkan sekumpulan foto lokasi-lokasi yang berbeda kepada sekelompok pelajar dengan maksud bertanya kepada mereka mana foto yang dianggap mereka paling familiar. Sebelumnya mereka belum pernah mengunjungi lokasi-lokasi itu. Namun sebelum mereka menunjukkan foto-foto itu, terlebih dahulu mereka menayangkan sebagian foto itu di layar dengan kecepatan subliminal (bawah sadar) sekitar 10-20 milidetik. Kecepatan itu cukup bagi otak manusia untuk menyimpan informasi tersebut di bawah sadar, tapi tidak cukup membuat mereka menyadari dan menaruh perhatian padanya. Dalam percobaan itu terbukti bahwa lokasi-lokasi pada foto yang sudah ditayangkan dengan kecepatan subliminal dianggap paling familiar bagi para pelajar itu.
Bila saya boleh memberikan teori baru, fenomena deja vu bisa diakibatkan karena kita pernah mendapat tayangan visual semua kehidupan kita di dunia- dengan kecepatan subliminal-saat di alam ruh, sehingga gambaran itu tersimpan dalam memori bawah sadar kita, dan kadang-kadang akan muncul di alam sadar pikiran sebagai deja vu. Sementara kitab lauhul mahfudz adalah pokok-pokok jalan kehidupan kita selama di dunia, berisi misalnya siapa jodoh kita, kapan kita meninggal, kaya atau miskin dan berbagai takdir lainnya. Bagaimanapun fenomena Deja vu masih menjadi misteri.
I have no idea what u r talking about...
BalasHapuskaitannya dengan mimpi, menurut yg pernah aku tau y..mimpi itu memang ada dua macam, mimpi yang berasal dari Illahi dan mimpi yang cuma bunga tidur aja. mungkin kalo hubungannya dg deja vu, mimpi yg pernah kamu alami itu mimpi dari Illahi ya..
BalasHapus@annisa, tapi mimpinya agak konyol juga yah, karena menyangkut kejadian yang lucu tsb
BalasHapusvega...
BalasHapusambil award ya d blog ku ya...
saya sangat yakin klo deja vu ada hubungannya dengan kehidupan ruh kita dimasa lampau... wallohu alam sih...
BalasHapus