Pengemis oh Pengemis

Pagi ini seperti biasa saya berangkat dari kost menuju kantor. Perjalanan mulanya biasa saja sampai muncul seorang anak perempuan yang naik saat bis metromini berhenti di perlintasan kereta api. Anak berambut keriting dengan potongan pendek itu sepintas mirip laki-laki. Ia langsung duduk di tengah depan, dan menyanyikan lagu yang menyentuh berjudul Alhamdulillah yang diciptakan oleh Opick. Timbul rasa iba saat mendengarnya menyanyikan lagu tersebut meski nyanyiannya tidak begitu jelas, namun ketika selesai bernyanyi tampaklah sifat aslinya yang berlawanan dengan sifat lagu yang barusan dinyanyikannya. Ketika beberapa orang tidak mau memberinya uang ia pun langsung marah-marah. bahkan ketika mendatangi seorang ibu ia berteriak memaksa, " Bu, kasih gopek bu! buat makan!". Si Ibu tetap menolak memberi uang pada anak itu, mungkin karena sikap kasar anak itu justru membuatnya makin tidak suka. Namun si anak tetap memaksa sambil menarik-narik baju ibu itu. Karena usahanya tidak berhasil, ia pun meninggalkan ibu itu lalu beralih pada penumpang yang lain, masih dengan memaksa.
"Ya Alloh, Kasih gopek aja!!!" begitu kira-kira teriakannya ketika banyak penumpang tak mau memberinya uang. Yang membuat hati miris, anak sekecil itu dengan temperamen mengumpat dengan kata-kata kotor, "Kon**l semua!". Setelah mengumpat ia masih berusaha meminta uang pada penumpang di sebelah pintu belakang dengan kasar. untungnya kernet bis menengahi dan akhirnya ia turun dari bis sambil mengucapkan kalimat yang tidak jelas, hanya kata "Bangsat" yang saya bisa dengar dengan jelas. Saya tidak tahu harus bingung atau bagaimana melihat kenyataan itu. Bingung apakah benar ia meminta karena belum makan, ataukah memang mengemis sudah menjadi pekerjaannnya sehari-hari? Jika mental meminta-minta sudah ditumbuhkan sejak kecil saya cemas jika ia besar nanti tidak bisa "berdiri dengan kakinya sendiri". Ada penumpang yang berkomentar, "Masih kecil saja sudah seperti itu gimana kalo udah gede? Jadi rampok dia".

Sebenarnya pengalaman yang tidak mengenakkan mengenai pengemis sudah banyak saya alami. Antara lain, modus memalak berselubung mengemis. Ya, sebenarnya memalak tapi dengan mengemis. Caranya, dia menceritakan pengalaman hidupnya (yang ga penting buat penumpang bis). Pengalaman menjadi napi karena terlibat perampokan atau kejahatan lain, dan sekarang ia keluar dari penjara ingin bertobat. Cara bertobatnya adalah dengan mengemis. Dengan nada ancaman ia meminta uang pada penumpang, "daripada saya merampok mending saya meminta pada bapak ibu sekalian". Saya yang mendengarnya merasa sebal, sejak kapan mengemis lebih baik daripada merampok? Apalagi ia masih muda, masih kuat untuk berkerja. Jadi kuli jauh lebih baik ketimbang mengemis. Dan saya pun tidak mau memberinya uang, begitu juga penumpang yang lain meski ada beberapa yang sepertinya memberi uang karena takut.

Jumlah pengemis makin hari makin bertambah, menurut saya bukan karena tidak ada lapangan pekerjaan tapi memang pekerjaan mengemislah yang mereka pilih. Hanya dengan mengemis mereka bisa hidup enak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekarang ini mengemis dijadikan bisnis bagi banyak orang, umumnya mereka menjadi pengelola sekaligus kordinatornya, di Semarang bahkan pengemisnya memakai seragam khusus mengemis, sungguh aneh. Ketika seorang pengemis ditanya berapakah yang ia dapat dalam satu bulan, ternyata jumlah enam juta rupiah dapat ia genggam walau bentuknya recehan. Khusus bulan Ramadhan jumlahnya bisa sampai delapan juta rupiah!. Jauh lebih besar dari jumlah gaji + tunjangan PNS golongan 2C. Begitu enaknya jadi pengemis, hanya bermodal pakaian lusuh, akting yang membuat iba, terkadang dengan pura-pura cacat, maka ia bisa membangun rumah bagus, mobil dan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Sementara saya yang masuk kerja jam 7.30 dan pulang jam 5 sore penghasilannya hanya bisa untuk sandang, pangan, papan (baca: kost), serta tabungan secukupnya bila ada sisa. Walau begitu alhamdulillah saya sangat bersyukur tidak mendapat rejeki dari cara yang hina seperti itu. Saya sangat mendukung fatwa MUI bahwa mengemis itu haram dan sependapat dengan pemda DKI Jakarta yang mendenda orang yang memberi uang pada pengemis dengan denda sangat besar, 25 juta! Perda itu bagus tapi juga mengerikan karena terkadang kita suka memberi uang pada pengemis. Meski sepertinya perda belum berjalan dengan baik, sebaiknya berhati-hatilah jika memberi uang pada pengemis jika tidak ingin tabungan Anda akan berkurang 25 juta.






(copyright@ve08.blogspot.com "Pengemis oh Pengemis)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Klaim Asuransi Mobil

Download Option File PES 2011-PSP (Recommended)!

Cara Setting Email Kemenkeu 2024 (Office 365)