Buat Game Android tanpa Coding dan Ga Pake Ribet!
Ketika semester satu telah usai dan terbayang keceriaan masa-masa liburan di luar rumah dengan teman menikmati indahnya taman kota dan galeri, berita mengenai kenaikan kasus covid-19 membuyarkan lamunan tersebut. Pemerintah negara bagian Victoria memutuskan untuk melakukan lockdown bagi hampir seluruh wilayah negara bagian ini termasuk suburb yang aku diami saat ini di wilayah Clayton-Melbourne. Alhasil waktu liburan pun lebih banyak dihabiskan menonton video diantaranya Netflix. Sejumlah seri Drakor aku putar selama masa-masa liburan ini dari pagi hingga hampir pagi lagi. Seluruh seri yang dibintangi Lee Sun Kyun sudah aku selesaikan hingga tamat termasuk serial My Mister yang ciamik.
Bosan dengan menonton drakor secara maraton, aku coba untuk melakukan aktivitas lain yang bisa mengalihkan pikiran dari tayangan film. Bukan apa-apa, kuota data Optus yang besarnya 110 GB sebulan ini sudah hampir mencapai 100% sebelum masa top-up. Jika konsumsi data tidak dikurangi maka dolar Australiaku akan menjadi tumbal.
Di saat seperti itu, istriku yang masih di Indonesia memberikan ide untuk membuat game. Bukan sembarang game karena yang akan menjadi karakter/tokoh utamanya adalah anak-anak kami yaitu Kakak Vedin dan Dek Ena (mereka punya channel youtube kocak : Youtube Bocah). Game ini juga nantinya kudu bisa dimainkan di smartphone karena bocah-bocah ini lebih suka maen di HP ketimbang di laptop misalnya.
Oke, aku pun bilang bisa saja diwujudkan toh banyak tutorial daring yang bisa aku simak untuk belajar membuat game. Pikiranku saat itu adalah membuat game menggunakan aplikasi Unity yang banyak dipakai developer game profesional dalam membuat game-game keren. Keuntungan menggunakan software Unity ini adalah sifatnya yang tanpa biaya (kecuali jika game dijual dengan profit di atas $100.000/bulan yang saat ini mustahil bagiku ini hehe).
Secara default, membuat game di Unity itu harus menguasai user interface aplikasi (mulai dari animator yang mengatur urusan animasi) hingga ke scripting/coding dengan bahasa C# (baca: Si Sharp). Saat itu aku tidak berkeberatan untuk menonton beberapa video tutorial pembuatan game Unity dengan bahasa C# di channel linked-in learning yang diberikan secara cuma-cuma menggunakan akun kampus.
Sayangnya, semakin lama aku tonton tidak menjadikanku semakin paham malahan membuatku semakin bosan dan bingung dengan maksud dari si pengajar yang kredensialnya adalah developer di Amazon. Sepertinya bahasannya terlalu berat bagiku, membuat game dengan C# itu sangat melelahkan dan bertele-tele.
Maka aku mencoba untuk mengunjungi youtube dalam rangka mencari tahu cara lain untuk mengembangkan sebuah game dengan lebih mudah. Selama semester kemarin, aku sudah dipusingkan dengan belajar pemrograman R dan statistik, jangan sampai dung masa liburan semester pun harus pusing lagi untuk belajar C# yang agak mirip-mirip dengan Java android.
Aku mencari tahu apakah ada cara mudah untuk membuat game ataupun alternatif software lain yang lebih mudah untuk digunakan dengan coding yang minimalis, atau bahkan tanpa perlu coding sama sekali. Setelah menonton beberapa tayangan di Youtube, algoritma Youtube membawaku ke sebuah video dengan judul yang agak tidak masuk akal. "Cerita Perjuangan Setahun Mengembangkan Game Tanpa Coding" kira-kira begitu terjemahan dalam bahasa indonesianya. Aku pun penasaran dan mengklik thumbnail video tersebut, meskipun agak ragu jika hal itu bukanlah sekedar gimik agar banyak yang menonton.
Video tersebut menceritakan kisah pengembangan game yang dikerjakan sambilan diluar waktu bekerja di perusahaan si developernya. Gamenya berbentuk 3d dan dikembangkan hanya oleh satu orang saja, fantastis! Si developer dari amerika serikat itu bercerita bagaimana kisahnya mengembangkan game dengan modal yang jika dihitung dengan Rupiah sekitar 10-20 juta dan menghasilkan ratusan juta Rupiah dengan menjual game tersebut ke platform Steam.
Si developer menggunakan modal sebesar itu untuk membeli musik game, aset gambar dan yang paling penting adalah add-on Unity yang bernama Playmaker. Dengan membeli musik dan aset gambar, dia hanya perlu menyusun cerita/skenario game yang dimainkan seperti menyusun kepingan puzle, dan dengan add-on Playmaker dia tidak perlu belajar coding untuk mewujudkan skenario itu.
Ya, benar rahasia dari membuat game di Unity tanpa coding adalah dengan menggunakan add-on yang bernama Playmaker. Add-on ini bisa diunduh di toko-nya Unity (akan muncul jika kalian sudah mendonwload dan meng-install Unity di komputer). Berbeda dengan software Unity yang gratis, add-on ini dijual oleh pihak ketiga (Hutong Games) dengan harga USD65. Dengan memasang add-on ini, coding yang semestinya diketik akan divisualisasikan oleh Playmaker dengan tampilan seperti flowchart sehingga lebih mudah untuk dipahami, dan pastinya lebih cepat dalam pembuatan game (tangan ga perlu keriting mengetik script bro!).
Playmaker ini hebatnya sudah banyak dipakai oleh para developer games, baik untuk sekedar hobby maupun profesional. Aku pun coba untuk membeli add-on ini dan mengikuti tutorial pembuatan game di Unity dengan Playmaker. Hasilnya dalam seminggu aku berhasil mengembangkan game 2d dengan mudah dan cepat, termasuk proses pembuatan karakternya yang menggunakan software Clip Studio Paint (akan kuceritakan di-postingan selanjutnya ya!).
Desain karakter terinspirasi dari Kakak Vedin dan bonekanya |
Tampilan game level one yang sedang kubuat |
Komentar
Posting Komentar
Komen ya! makasih kakak