Perjuangan Melamar Beasiswa Australia Awards (AAS)
Artikel ini saya buat untuk mengabadikan kisah saya dalam mendaftar beasiswa master dari Pemerintah Australia. Mungkin saja akan bermanfaat bagi para pembaca yang akan mencoba untuk apply beasiswa ini.
Pemerintah Australia biasanya menawarkan beasiswa AAS pada kuartal I setiap tahunnya. Tahun 2019 ini pengumuman pembukaan beasiswa dilakukan pada bulan Februari. Sejujurnya saya tidak berencana untuk mendaftar beasiswa ini karena sebelumnya berniat ingin melanjutkan kuliah di Eropa, either Belanda or Italia. Namun karena masukan dari senior di kantor yang menceritakan kelebihan-kelebihan yang ditawarkan beasiswa AAS ini maka saya pun jadi kepincut untuk melamar. Di samping itu, di unit kerja saya sudah beberapa tahun tidak ada yang menjadi awardee beasiswa ini. Agar tradisi tahunan ini bisa kembali, saya dan beberapa rekan seunit kerja pun mencoba peruntungan ini. Dari unit kami ada dua orang yang apply beasiswa untuk master degree, dan satu orang melamar beasiswa S3.
Tahapan seleksi AAS cuma ada dua, yang pertama adalah seleksi proposal dimana kita menuliskan argumen mengapa kita perlu untuk kuliah di Australia dengan program/jurusan tertentu, dan mengapa Australia harus memberikan beasiswa ini kepada kita. Alhamdulillah saya dan rekan yang melamar beasiswa S3 lulus untuk tahapan ini.
Tahapan kedua seleksi adalah tes IELTS dan wawancara dengan akademia dari Indonesia dan Australia. Tahapan seleksi ini dibiayai oleh AAS Indonesia, termasuk ongkos transportasi peserta yang berdomisili jauh dari luar lokasi seleksi di bilangan kuningan, Jakarta Selatan.
Antre masuk ke lokasi tes IELTS |
Suasana ramai di dalam gedung lokasi tes IELTS |
Para peserta dikumpulkan di ruangan sebelum tes IELTS |
Tes IELTS ini akan digunakan untuk menentukan berapa lama para pelamar akan di beri training bahasa Inggris (pre-departure training) apabila dinyatakan lolos seleksi wawancara nantinya.
Sekitar dua minggu setelah pelaksanaan tes IELTS, tibalah saatnya seleksi paling mendebarkan yaitu interview. Wawancara untuk pelamar S2 akan dilakukan oleh dua interviewer dari kampus di Indonesia dan Australia, sedangkan untuk pelamar S3 interviewer-nya merupakan panel yang terdiri dari sekitar lima orang.
Untuk para peserta wawancara yang berasal dari instansi Pemerintah, AAS Indonesia menyelenggarakan satu sesi khusus, yang agendanya adalah untuk memberikan briefing termasuk tips dan trik untuk lolos wawancara.
Sesi briefing untuk peserta dari instansi Pemerintah |
Saya kebetulan mendapatkan giliran wawancara di pagi hari. Pewawancara saya adalah seorang bapak dosen dari Universitas Hasanudin dan seorang ibu dari University of Melbourne. Entah sengaja atau tidak, karena aplikasi beasiswa saya memang menargetkan kampus ini (UniMelb).
Kursi untuk menunggu giliran wawancara |
Di dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu saya berusaha menjawab segala pertanyaan dari kedua pewawancara tersebut yang ingin memperoleh informasi tambahan di luar proposal yang sebelumnya telah disubmit. Saya banyak terbantu oleh pertanyaan ibu dosen dari Unimelb yang sering mengarahkan saya ketika mungkin jawaban saya agak keluar track.
Dokumen pegangan saya untuk interview. Panduan program Business Analytics di University Melbourne
Keluar dari ruangan interview, perasaan saya cukup cemas karena saya
merasa wawancara saya kurang begitu mulus. Saya tidak melihat ekspresi
puas dari pewawancara, justru mereka cenderung gusar apalagi di akhir
sesi saya meminta tambahan waktu untuk memberikan penjelasan.
Pengumuman kelulusan AAS dijadwalkan pada bulan Juni, namun agaknya mundur sebulan dari jadwal yang ditetapkan. Ketika hari yang ditunggu-tunggu itu tiba, alhamdulillah saya mendapatkan email "congratulation", bukan email berisi ucapan terima kasih telah melamar beasiswa AAS. Pada saat email itu masuk ke HP, saya sedang melakukan rapat dengan salah satu stakeholder. Saya pun minta ijin keluar ruangan untuk melakukan sujud syukur di dekat ruang rapat itu.
Perjuangan ternyata belum berakhir. Setelah dinyatakan lulus seleksi saya diharuskan untuk mengikut Pre-Departure Training (PDT) sebagai persiapan sebelum mengikuti perkuliahan di Australia. Saya sempat shock karena mendapatkan lokasi PDT di Bali yang artinya harus meninggalkan keluarga di Bekasi untuk periode waktu PDT selama dua bulan. Dan karena nilai IELTS saya masih ada yang kurang di bagian speaking, maka saya diwajibkan untuk mengulang tes IELTS di lokasi PDT tersebut (IALF Bali). Nilai akhir IELTS akan disertakan sebagai dokumen pendaftaran ke kampus yang akan dituju.
Di masa ini, para awardee diberikan kesempatan untuk meninjau kembali program dan kampus yang dituju. Perubahan diijinkan sepanjang tidak pindah area fokus pembangunan yang telah ditulis di proposal awal, semisal program terkait di bidang pembangunan ekonomi ingin pindah ke bidang hukum. Saat itu saya merasa galau karena meninjau bahwa program di kampus yang saya tuju hanya berdurasi satu tahun. Untunglah Australia Awards Indonesia (AAI) berbaik hati mendatangkan konsultan seorang professor pendidikan dari Australia yang memberikan saran dan pendapatnya terkait program/jurusan serta kampus yang dituju.
AAI juga mengadakan satu sesi consultation day dengan mendatangkan banyak kampus dari Australia ke Bali.
Campuses Consultation Day |
Hotel lokasi consultation day |
Setelah bertemu dengan perwakilan dari banyak kampus, saya memperoleh satu program dan kampus yang menurut saya paling sesuai dengan kebutuhan saya terutama karir kedepan di instansi saya.
Saya pun memutuskan untuk mengganti kampus dari sebelumnya Unimelb ke Monash University setelah acara consultation day itu.
Daftar booth kampus yang saya datangi |
Beberapa hari setelah sesi consultation day ini, AAI mengharuskan para awardee untuk men-submit pilihan final kampus dan program yang dituju. Kami diharuskan mengisi preferensi satu dan dua yang akan diteruskan oleh AAI ke kampus-kampus terkait. Jika pilihan preferensi satu meleset maka secara otomatis preferensi dua akan dilanjutkan.
Monash University memberikan respon yang lebih lama dari kampus-kampus lain, namun pada akhirnya saya memperoleh kepastian bahwa saya dinyatakan diterima sebagai salah satu mahasiswa di kampus terbesar di negeri kanguru itu. Penerimaan ini bersyarat, apabila nilai IELTS saya memenuhi persyaratan penerimaan mahasiswa baru di kampus yang diambil dari nama pahlawan Australia, "John Monash" ini.
Tentu menjadi beban berat agar saya bisa mendapatkan nilai IELTS yang diminta itu karena seumur-umur saya baru sekali melakukan tes IELTS, itupun hanya untuk keperluan pendaftaran beasiswa AAS. Training PDT di Bali berusaha saya manfaatkan untuk bisa meningkatkan skor IELTS saya utamanya di skill speaking.
Lab Komputer IALF Bali |
Di akhir pelaksanaan PDT, para awardee yang masih harus melaksanakan IELTS akan diberi kesempatan untuk mengikuti tes secara gratis. Alhamdulillah, untuk tes kedua ini saya berhasil melampau target yang ditetapkan oleh pihak kampus sehingga saya bisa mendapatkan status "Diterima Tanpa Syarat".
Perjalanan panjang untuk mendapatkan beasiswa AAS ini semoga dapat memacu saya untuk bisa mengikuti pendidikan saat ini dengan sebaik-baiknya sehingga dana yang digelontorkan oleh pemberi beasiswa untuk membiayai pendidikan saya tidak menjadi hal yang sia-sia. Amin.
"Suatu saat kalian akan kembali ke Indonesia menjadi pribadi yang baru. Jika masih sama saja, buat apa kalian diberi beasiswa? - Prof Frans Umbu Data, Head of Joint Selection Beasiswa AAS Indonesia"
Teman seperjuangan di masa PDT di IALF Denpasar, Bali |
Kunjungan Dubes Australia, H.E. Quinlan ke IALF Bali |
Tanggal 1 Januari 2020 adalah kedatangan saya dan beberapa rombongan awardee AAS Monash University ke Australia. Video di atas saya abadikan ketika berada di mobil kampus yang menjemput kami untuk diantarkan ke akomodasi masing-masing.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih mas sharingnya sangat bermanfaat baik yang di blogspot dan podcast.
BalasHapusIjin bertanya mas, untuk di program studi Binal, kok sepertinya ada syarat GMAT dari Unimelb. Untuk les GMAT, ada tempat yang mas bisa rekomendasikan kah?
Halo bro, oh program yg dipilih minta GMAT ya. Kalo itu aku krg paham bro karena ga pernah kursus GMAT dan program yg aku pilih kemarin kebetulan ga mensyaratkan itu sih. Menurutku latihan sendiri aja dengan beli buku di gramedia
HapusOh aku baru inget, khusus yang lolos seleksi AAS, syarat GMAT dikecualikan. Cuma mensyaratkan IELTS/TOEFL aja
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus