Tamban Ban dan Paku

Pukul 07.00 pagi, saya berangkat dari kost untuk berangkat kerja. Kantor saya berada di Lap. Banteng sementara kost di Cempaka Putih. Perjalanan ditempuh paling cepat 15 menit waktu normal. Saya menaiki motor dengan santai, keluar dari blok komplek Perumahan Pertamina Baru, menuju jalan Letjen Suprapto. setelah melalui lampu merah pertama, saya memilih melewati jalan lewat bawah terowongan Senen ketimbang lewat atas karena selalu tertahan oleh kereta api yang keluar masuk stasiun senen. Saat sedang menikmati kepadatan jalan ibukota tiba-tiba motor saya goyang. Ban belakang ternyata bocor. Saya memutuskan untuk tetap memacu motor meskipun jalannya terseok-seok. Banyak pengendara motor lain yang memberitahu bahwa ban motor saya bocor. Dalam hati saya jengkel karena saya sudah tahu kalau ban motor saya bermasalah. Setelah memaksakan motor untuk terus berjalan meski "kakinya tertembak". Saya harus mengejar absensi finger print di kantor. Maka setelah saya absen, saya membawa motor ke bengkel dekat kantor. Di gang dekat kantor ada 2 tukang tambal ban yang membuka lapak. Keduanya ada di ujung yang berlawanan di gang tersebut. Setelah melepasi ban dan melihat kondisinya, tukang tambal ban memvonis bahwa ban dalam saya harus diganti karena sudah robek parah, bah!

Kejadian di atas tidak hanya terjadi sekali dua kali, tapi bahkan berkali-kali dalam berbagai situasi berbeda. Pernah ketika saya harus mengikuti diklat hari pertama di daerah Pancoran, motor saya kena "santet" 2 kali, dan saya harus mengeluarkan biaya sampai 90 ribu-an untuk itu karena para tukang tambal ban yang saya datangi menyuruh untuk mengganti ban dalam yang harganya per buah berkisar Rp. 35rb-Rp. 45rb. 
Banyak pengendara motor yang mengalami nasib seperti itu. Saya sering melihat pengendara menuntun motornya, biasanya tidak jauh di dekatnya ada tukang tambal ban menanti. Bahkan terkadang pagi-pagi di sebuah tambal ban beberapa motor sudah mengantre. Hampir semua yang menuntun motornya menuju tukang tambal ban penyakitnya sudah dapat diduga disebabkan oleh satu hal yang sama "RANJAU PAKU!".
Ketika untuk kesekian kalinya saya menambalkan ban, saya sempatkan untuk melakukan wawancara kecil dengan seorang tukang tambal ban (yang mempunyai seorang rekan/mungkin staf-nya) di daerah Senen. Berapa kira-kira penghasilan yang didapat dari tambal ban? Menurut pengakuan yang bersangkutan, sehari biasanya dapat Rp. 100rb (tidak diketahui apakah jawaban ini jujur dan tidak dijelaskan apakah uang segitu hanya untuk dirinya saja atau merupakan jumlah total yang didapat bersama rekannya tersebut). Bila diasumsikan jumlah 100rb itu hanya untuk bapak itu saja maka dalam sebulan kira-kira dia bisa meraup omset 3 juta rupiah! Jumlah 3 juta dikalikan 2 total adalah 6 juta untuk lapak tambal ban tersebut! Namun, biasanya setiap saya lewat di depan tambal ban tersebut, saya melihat lapak tambal ban tersebut menambal tidak kurang 2 s.d. 4 motor. Itulah sebabnya lapak tambal ban tersebut memperkerjakan 2 tukang tambal ban sekaligus.

Potensi keuntungan yang besar dari usaha tambal ban rupanya mengundang pekerja dari luar Jakarta untuk bekerja sebagai tukang tambal ban. Tukang tambal yang saya wawancarai cukup surprise melihat plat nomor saya yang rupanya satu karesidenan dengan dia di Jawa Tengah, meski berbeda kota. Dengan bahasa daerahnya yang medok ketika saya wawancarai, dia menjawab pertanyaan sambil mereparasi ban saya yang bocor terkena paku.

Salah Satu Lokasi Rawan Ranjau di Bungur-Senen
Daerah tempat mangkal lapak tambal ban tersebut, rupa-rupanya banyak dihuni tambal ban lainnya yang berjajar tiap beberapa langkah saja. Tukang tambal bannya bervariasi mulai dari anak kecil hingga bapak-bapak. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah rawan ranjau paku. Ironisnya wilayah tempat banyak ditemuinya ranjau paku sangat dekat dengan kantor polisi. Saya pikir polisi tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi ranjau paku yang banyak ditebar di jalan itu. Para penebar paku seperti teroris yang melakukan operasi secara tersembunyi, membentuk komunitas teroris jalanan.

Sangat sulit untuk membuktikan apakah tukang tambal ban yang banyak beroperasi di daerah Senen mempunyai hubungan dengan penebar paku, namun rasanya mustahil juga bila mereka hanya menunggu order tanpa berbuat sesuatu untuk memancing uang datang. Mungkin di antara mereka ada yang memang anggota mafia paku, mungkin ada juga yang hanya sekedar memanfaatkan aksi penebar paku. Tetapi yang jelas, aksi penebaran paku ataupun baut tajam dan sejenisnya tersebut sangat meresahkan masyarakat utamanya pengendara motor. Saya rasakan sendiri, ketika satpol PP menertibkan para tukang tambal ban di dekat kantor saya, jumlah angka kejadian terkena ranjau di lingkup areal tersebut cukup menurun, meskipun masih ada karena yang ditertibkan hanya di dekat kantor saja sedangkan yang beberapa puluh meter dari kantor masih dijumpai 3 tukang tambal ban. Jalanan Jakarta yang macet ditambah lagi dengan jebakan ranjau paku menjadi penambah derita pengguna jalan. Di sisi lain hal itu menjadi berkah buat orang-orang yang berprofesi sebagai tambal ban yang bukan termasuk subyek pajak sehingga tidak harus membayar pajak dan sewa tempat (bebas membuka lapak di pinggir jalan). 

Saya mengusulkan beberapa alternatif untuk mengatasi aksi penebaran paku ini, walaupun rasanya sulit diwujudkan, di antaranya:

  1. Merazia dan mendata tukang tambal ban di daerah yang banyak korban ranjau;
  2. Menyebar intel untuk mengawasi daerah rawan paku biasanya tidak sulit karena lokasinya sudah bisa diduga, atau mungkin juga dengan pemasangan CCTV tersembunyi di jalan;
  3. Menciptakan tambal ban yang "authorized" di daerah rawan paku, dimana penambal bannya merupakan orang yang digaji bulanan oleh pemerintah;
  4. Melakukan pembersihan paku 2x setiap pagi dan sore di lokasi rawan paku.
Empat alternatif di atas merupakan solusi yang perlu diupayakan oleh pemerintah dalam rangka memberantas aksi terorisme jalanan tersebut.


Komentar

  1. ga..yang pagi2 itu bocor, ga lagi bareng sama "dia " kan..?? :hihi

    BalasHapus
  2. dia siapa nih? kalo sama si Rino itu yg paling apes, sehari kecoblos 2x pas diklat Manajemen Utang di Pancoran hri pertama

    BalasHapus
  3. ya rino lah..sapa lagi coba... :hihi
    eh ada tag tugas di blog ku..

    BalasHapus

Posting Komentar

Komen ya! makasih kakak

Postingan populer dari blog ini

Cara Klaim Asuransi Mobil

Download Option File PES 2011-PSP (Recommended)!

Cara Setting Email Kemenkeu 2024 (Office 365)